Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Strategi Mengajar Multiple Intelligences

Strategi Mengajar Multiple Intelligences. Strategi pembelajaran multiple intelligences adalah suatu cara
meng- akses informasi melalui delapan jalur kecerdasan yang ada pada masing-masing siswa, namun
untuk mengeluarkannya kembali seluruh kecerdasan bersinergi dalam satu kesatuan yang unik sesuai
de ngan kebutuhan. Sehingga siswa mampu memecahkan masalah-masalah pembelajaran dengan
cara yang menakjubkan.

A. Active Learning pada Dasarnya Strategi Multiple Intelligences

Menurut Thomas Armstrong, strategi pembelajaran multiple intelligences adalah suatu cara
meng- akses informasi melalui delapan jalur kecerdasan yang ada pada masing-masing siswa, namun
untuk mengeluarkannya kembali seluruh kecerdasan bersinergi dalam satu kesatuan yang unik sesuai
de ngan kebutuhan. Sehingga siswa mampu memecahkan masalah-masalah pembelajaran dengan
cara yang menakjubkan.
Armstrong (2002) mengatakan bahwa, dengan teori
multiple intelligences, memungkinkan guru
mengembangkan strategi pembelajaran inovatif yang relatif baru dalam dunia pendidikan. Meskipun
demikian, Armstrong menambahkan bahwa tidak ada rangkaian pembelajaran yang bekerja secara
efektif untuk semua siswa. Setiap siswa memiliki kecenderungan tertentu pada kedelapan kecerdasan yang ada.
Oleh karena itu, suatu strategi mungkin akan efektif pada sekelompok siswa, tetapi akan gagal
bila diterapkan pada kelompok lain. Dengan dasar ini, sudah seharusnya guru memperhatikan jenis
kecerdasan yang menonjol pada masing-masing siswa agar dapat menentukan strategi pembelajaran yang tepat dan dapat mengoptimalkan potensi yang ada dalam diri siswa.
Meskipun demikian, tidak tertutup kemungkinan bahwa setiap strategi yang ada pada masing masing kecerdasan dapat diimplementasikan untuk semua mata pelajaran yang ada dalam kurikulum. Misalnya, strategi pembelajaran matematis-logis dapat diimplementasikan bukan saja dalam
mata pelajaran matematika, tetapi juga mata pelajaran lain seperti bahasa, isika atau mata pelajaran lain yang menuntut unsur logika di dalamnya.
Buku ini berjudul
95 Strategi Mengajar Multiple Intelligences. Artinya, tidak ada batasan strategi
pembelajaran, tergantung daya kreativitas guru mendesain prosedur aktivitas pengajarannya. Siber
man (2001) menyebut ada 101 bentuk metode pembelajaran active learning, maka sah kiranya jika
saya memberikan judul buku ini dengan
95 Strategi Mengajar Multiple Intelligences. Metode-metode
mengajar kreatif terus berkembang sesuai tingkat kreativitas dan daya cipta guru yang disesuaikan
dengan kecenderungan kecerdasan siswa.
Inti pengajaran strategi
multiple intelligences adalah siswa belajar aktif. Menurut L. Dee Fink
(1999)
pembelajaran siswa aktif (
active learning) adalah suatu proses pembelajaran untuk memberdayakan peserta didik agar belajar dengan menggunakan berbagai cara/strategi secara aktif. Pembelajaran aktif sesuai multiple intelligences siswa merupakan cara belajar yang sesuai cara kerja otak (Blakeslee et al. 2010)
Proses kegiatan balajar mengajar akan lebih mudah dipahami serta lebih lama diingat siswa,
apabila siswa dilibatkan secara aktif baik mental, isik, dan sosial. Guru dapat menggunakan pilihan
strategi atau metode mengajarnya, dengan syarat pemilihan strategi atau metode sesuai dengan
multiple intelligences, gaya belajar siswa, dan modalitas belajar siswa.
Penggunaan strategi belajar aktif dalam pembelajaran akan lebih efektif apabila perencanaan
pembelajaran guru (
lesson plan) didesain sesuai gaya belajar siswa yang dikonsultasikan agar
mendapatkan hasil perencanaan pengajaran yang eisien untuk mencapai kompetensi dasar. (Chatib,
2009)
. Metode pengajaran berdasarkan teori
multiple intelligences dapat meningkatkan aktivitas
dan rasa senang siswa terhadap pelajaran. (Said, 2015; Sugiharti, 2005)
Strategi pembelajaran disesuaikan dengan kecerdasan yang dipilih. Hamzah B. Uno dan Masri
Kuadrat (2009: 129)
mengemukakan strategi-strategi yang dapat digunakan dalam pembelajaran
berbasis kecerdasan majemuk berdasarkan kecerdasan peserta didik yang dominan.

B. Strategi Mengajar Kecerdasan Linguistik

Inti kegiatan belajar melalui pendekatan kecerdasan linguistik menekankan pada keterampilan
menggunakan bahasa. Dalam bentuk kata/kalimat yang diucapkan (lisan) dengan pola yang ter
struktur, kemampuan mengolah kata. Mengajar dengan pendekatan linguistik merupakan sebuah
keterampilan menggabungkan berbagai komponen bahasa, menulis, menyimak dan berbicara untuk
mengingat, berkomunikasi, menjelaskan, memengaruhi, menyusun makna dan menggambarkan bahasa itu sendiri. (Campbell & Dickinson, 2006)
Mengajar menggunakan strategi pendekatan linguistik memungkinkan proses input pengetahuan terjadi pada
cluster otak bagian lobus temporal kiri dan lobus frontal (area Broca dan Wernicke), yaitu suatu area yang bertanggung jawab terhadap kemampuan menggunakan bahasa, baik
membaca, menulis, berdiskusi, berargumentasi, dan berdebat

Strategi Mengajar Kecerdasan Linguistik
Strategi Mengajar Kecerdasan Linguistik

Berikut ini akan dipaparkan berbagai strategi mengajar yang melibatkan kecerdasan linguistik

1. Ceramah

a. Deinisi

Kamus Besar Bahasa Indonesia mendeinisikan ceramah sebagai pidato membahas suatu masalah; suka bercakap-cakap, tidak pendiam, ramah-tamah; cerewet, banyak cakap. Sementara, pembicara ceramah disebut penceramah. (Podo et al. 2012: 158)

b. Strategi Ceramah

Sangat mungkin, metode mengajar yang paling tua usianya dan sering digunakan adalah metode
ceramah. Banyak guru memahami ceramah persis seperti yang diungkapkan Winarno Surahmad dan
Muhibbin Syah (2000)
, yaitu:
Winarno Surahmad: adalah pelaksanaan pembelajaran yang dituturkan secara lisan oleh guru
terhadap kelasnya dengan menggunakan alat bantu mengajar untuk memperjelas uraian yang
disampaikan kepada siswa.
Muhibbin Syah: adalah mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan secara
lisan kepada sejumlah siswa yang ada, umumnya siswa mengikuti secara pasif.
Bagi guru, metode ceramah sudah sangat umum digunakan dalam proses pembelajaran, namun
ironinya yang ceramah adalah guru, bukan siswa. Sehingga, aktivitas pembelajaran menjadi bosan,
siswa menjadi mengantuk. Idealnya, mengajar menggunakan strategi
multiple intelligences ceramah
adalah menitikberatkan pada kemampuan siswa menyampaikan inti gagasan materi atau inti sari
materi yang telah diajarkan guru.
Alasan inilah yang menyebabkan metode ceramah dianggap sebagai penyebab utama dari rendahnya minat belajar siswa terhadap pelajaran. Lain halnya jika yang berceramah adalah siswa, dipercaya aktivitas belajar siswa akan aktif dan menggairahkan. Sebab, seorang siswa berceramah siswa
lainnya menyimak dan menilai teman. Dalam konteks siswa yang berceramah, saya menyebutnya
sebagai strategi ceramah.
Strategi ceramah dalam kegiatan belajar mengajar menitikberatkan pada kemampuan siswa
dalam menguraikan, menyampaikan, menuturkan, baik secara lisan maupun tertulis terhadap suatu
materi yang dipelajari. Inti penerapan strategi ceramah adalah, siswa yang ceramah, bukan guru yang
berceramah terus-menerus (
teacher talking time).
Setidaknya, ketika siswa yang menyampaikan ceramah dan mengembangkan materi dalam ceramahnya sesuai dengan ungkapan Siberman (2013): “Kita dapat menceritakan sesuatu kepada siswa
dengan cepat. Namun siswa akan melupakan apa yang kita ceritakan itu dengan lebih cepat.”

c. Prosedur Penerapan Strategi Ceramah

Nana Sujana (2000) menegaskan, penggunaan strategi ceramah jika dipersiapkan dengan baik,
didukung dengan alat dan media pembelajaran serta memperhatikan batas-batas penggunaanya,
maka aktivitas kegiatan belajar mengajar akan dinamis. Prosedur penerapan strategi ceramah yang
dipersiapkan guru, menekankan pada aktivitas siswa belajar dan guru sebagai fasilitator yang menyiapkan media pembelajaran serta sebagai katalisator yang memantik kecerdasan siswa.
Berikut prosedur penerapan strategi ceramah:
1)
Inti sari materi ajar.
Guru menyiapkan inti sari/poin-poin penting materi yang telah disampaikan kepada siswa. Poinpoin penting materi dapat dibuat dalam bentuk potongan kertas, sehingga saat siswa menyampaikan ceramahnya, siswa dapat mengembangkan materi berdasarkan poin-poin penting materi.
2)
Isi materi ajar.
Materi ajar terlebih dahulu telah dipelajari siswa secara interaktif, sehingga saat siswa menyampaikan ceramahnya, isi materi dapat diuraikan dan dikembangkan sendiri oleh siswa. Sebaiknya
aktivitas ceramah yang dilakukan siswa bukan merupakan tatap muka pertama, sebab terlebih
dahulu sebelum siswa melakukan aktivitas ceramah telah mendapatkan pengantar mengenai
pokok-pokok materi pada pertemuan sebelumnya.
3) Harus ada tema materi yang akan diceramahkan siswa.
Keberhasilan ceramah sangat tergantung kepada tingkat penguasaan siswa terhadap materi
yang telah diajarkan. Oleh karena itu, disarankan penggunaan metode ceramah bagi siswa
setelah mempelajari materi pada pertemuan sebelumnya

4) Menyiapkan lembar penilaian ceramah.
Metode penilaian dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
  1. Penilaian antarsesama siswa.
  2. Penilaian yang dilakukan guru.
5) Ketika ceramah dimulai, mintalah siswa untuk:
ƒ Menggarisbawahi ide-ide yang penting.
ƒ Mencatat poin yang belum jelas atau yang menarik.
ƒ Mencatat poin yang memerlukan jawaban/penjelasan lebih lanjut.
Contoh media belajar (
teaching aids) yang disiapkan guru dalam aktivitas di atas:
lembar catatan ceramah
lembar catatan ceramah


6) Setelah ceramah selesai, mintalah siswa untuk menuliskan atau menjelaskan:
ƒ Hal-hal baru apa yang baru saja mereka ketahui.
ƒ Relevansinya terhadap kehidupan siswa.
7) Alokasi waktu ceramah.
Siswa bergiliran menyampaikan ceramah dengan waktu yang telah ditetapkan guru atau waktu
dibatasi sesuai kebutuhan. Saat siswa berceramah, siswa lain menyimak dan memberikan penilaian.

d. Rekomendasi Penggunaan Strategi Ceramah

Metode ceramah ideal digunakan guru pada jenjang SMP dan SMA. Dalam konteks guru sebagai
fasilitator, maka siswa melakukan aktivitas berceramah sesuai bahasan materi yang sudah diajarkan
guru. Metode ceramah adalah siswa yang melakukan aktivitas ceramah bukan guru yang berceramah
(
teacher talking time).

e. Pendekatan Multiple Intelligences dan Modalitas Belajar

Strategi mengajar ceramah terkait erat dengan kemampuan siswa menggunakan bahasa secara lisan. Supaya mungkin siswa berbicara secara efektif saat menyampaikan ceramahnya dan siswa lainnya mendengar dan merespons setiap suara, ritme, dan berbagai ungkapan kata. Menggunakan keterampilan berbicara dan menyimak, mengomunikasikan gagasan-gagasan inti materi
yang disampaikan, dan pada level advance siswa menggambarkan bahasa itu sendiri. Hal demikian
merupakan karakteristik kecerdasan verbal-linguistik.
Dan kita menyadari saat siswa tampil sebagai penceramah di depan kelas, ada bahasa-bahasa tubuh atau respons tubuh ketika siswa mengungkapkan dan menggambarkan sesuatu yang dimaksud, yang demikian merupakan sifat kecerdasan kinestetik. Faktor percaya diri berperan dalam
proses ceramah saat siswa tampil berceramah di depan kelas, sementara modalitas belajar yang
digunakan adalah kinestetik dan auditori.

f. Rubrik Penilaian Autentik

Jenis penilaian autentik strategi ceramah, sebagai berikut:
1) Penilaian unjuk kerja (
performance): menekankan aktivitas pengamatan terhadap aktivitas siswa
sebagaimana terjadi, berupa unjuk kerja, tingkah laku, dan interaksi.
2) Penilaian sikap: menekankan penilaian terhadap perilaku dan keyakinan siswa terhadap objek
sikap.
3) Penilaian diri (
self-assessment): menilai diri sendiri berkaitan dengan status, proses, tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya.
Berikut rubrik penilaian strategi ceramah:

rubrik penilaian strategi ceramah
rubrik penilaian strategi ceramah

2. Diskusi

a. Deinisi

Kamus Besar Bahasa Indonesia mendeinisikan diskusi sebagai perundingan, bertukar pikiran,
dan pembahasan suatu masalah. Diskusi merupakan sebuah interaksi komunikasi antara dua orang
atau lebih. Diksusi dapat dilakukan sepanjang ada topik yang menjadi sentral komunikasi.

b. Strategi Diskusi

Strategi diskusi menekankan aktivitas belajar melalui interaksi komunikasi antara siswa dan siswa
yang lain dalam membahas suatu tema atau topik sehingga diperoleh kesimpulan. Di dalam pelaksanaan strategi diskusi, terdapat beberapa metode yang menyertai pelaksanaan diskusi, seperti: metode penjelasan (ceramah), metode curah pendapat, dan metode tanya jawab.
Seperti ceramah yang dilakukan siswa dalam aktivitas belajar, strategi diskusi menitikberatkan
pada kemampuan siswa dalam menuangkan gagasan secara lisan. Daniel Mujis dan David Reynolds
dalam bukunya
Efective Teaching menyatakan, diskusi kelas dapat membantu siswa meningkatkan keikutsertaan dalam pelajaran dengan memberikan kesempatan kepada siswa menyuarakan
pendapatnya, membantu siswa dalam mengembangkan pemahaman yang lebih baik dengan cara
memberikan kesempatan untuk menyatakan pemikiran mereka, dan membantu siswa untuk meningkatkan kecakapan berkomunikasi. Pembelajaran yang menggunakan strategi diskusi merupakan
pembelajaran yang bersifat interaktif. (Gagne & Briggs. 1979: 251)


c. Prosedur Penerapan Strategi Diskusi

Paul Eggen dan Don Kauchak (2012: 161), menyebut sebagaimana semua strategi pembelajaran, guru harus mendapatkan perhatian siswa untuk membuat diskusi berhasil. Ini jauh lebih efektif ketimbang arahan sederhana, seperti “Dengarkan baik-baik saat saya membaca kutipan ini, yang
membuat siswa tetap pasif secara kognitif
.”
Diskusi melatih siswa untuk berani mengungkapkan ide dan pendapatnya. Format diskusi: (1)
ada permasalahan; (2) moderator/pemimpin diskusi; dan (3) ada beberapa alternatif penyelesaian.
Prosedur penerapan strategi diskusi ditetapkan dalam menjalankan aktivitas diskusi saat pembelajaran, di antaranya:
1)
Menentukan topik yang akan didiskusikan.
Guru menentukan tema atau topik yang akan didiskusikan oleh siswa dalam aktivitas belajar.
Tema atau topik diskusi diambil dari indikator hasil belajar dalam silabus.
2)
Membagi siswa ke dalam beberapa kelompok.
Siswa dibagi dalam beberapa kelompok. Setiap kelompok membahas masalah dan mendiskusikan masalah tersebut ke dalam kelompok masing-masing dan antar kelompok lain.
3)
Moderator.
Menurut Chatib (2011: 143), moderator adalah orang yang memimpin jalannya diskusi agar terarah dan tepat waktu. Guru atau siswa dapat bertindak sebagai moderator. Syarat utama menjadi moderator adalah menguasai tahap diskusi dan masalah yang akan didiskusikan, serta dapat
mengatur waktu tiap-tiap kelompok melakukan pembahasan, presentasi, dan kesimpulan.
Dengan moderator, jalannya diskusi akan terarah dan indikator hasil belajar dapat tercapai dengan tuntas.
(a)
Aturan diskusi. Guru menginformasikan kepada kelompok mengenai aturan-aturan dalam
diskusi. Aturan ini penting mengingat keterbatasan jam pelajaran, sehingga aktivitas diskusi
dapat selesai sesuai alokasi waktu yang telah ditentukan.
(b)
Notulensi. Siswa dalam kelompok diskusi dapat menjadi notulen yang bertugas menulis
kesimpulan hasil diskusi. Hasil catatan dari notulen akan dibagikan kepada semua siswa
sebagai catatan hasil diskusi.

d. Rekomendasi Penerapan Strategi Diskusi

Dengan membuat aturan-aturan diskusi, strategi diskusi dapat diterapkan pada jenjang SD kelas tinggi, SMP dan SMA. Umumnya, diskusi dilaksanakan secara kelompok sehingga basis penilaian
guru dalam menilai aktivitas diskusi siswa didasarkan pada penilaian kelompok, sesuai dengan kriteria-kriteria diskusi. Strategi diskusi ideal digunakan pada siswa SD Kelas 5-6, SMP, dan SMA.

e. Pendekatan Multiple Intelligences dan Modalitas Belajar

Strategi mengajar diskusi terkait erat dengan kemampuan siswa menggunakan bahasa secara lisan, serta kemampuan menuangkan ide, gagasan atau pemikiran abstrak ke dalam bahasa lisan (linguistik). Proses pembahasan diskusi dilakukan sesama siswa dalam satu kelompok (interpersonal).
Modalitas belajar yang digunakan adalah auditori.

f. Rubrik Penilaian Autentik

Jenis penilaian autentik strategi diskusi berupa penilaian unjuk kerja (performance), yaitu
menekankan aktivitas pengamatan terhadap aktivitas siswa sebagaimana terjadi, berupa unjuk kerja,
tingkah laku, dan interaksi


3. Tanya Jawab

a. Definisi

Kamus Besar Bahasa Indonesia mendeinisikan tanya jawab sebagai bertanya jawab: soal jawab.
(Podo
et al., 2012: 841)

b. Strategi Tanya Jawab

Dalam proses belajar mengajar, tanya jawab adalah suatu cara penyampaian materi pelajaran
oleh guru dengan jalan mengajukan pertanyaan dan siswa menjawab atau sebaliknya, siswa bertanya
mengenai suatu materi kepada guru dan guru menjawab dengan penjelasan utuh mengenai materi
yang ditanyakan.
Proses tanya jawab yang digunakan guru dalam interaksi belajar mengajar memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang diajukan guru. Strategi tanya jawab yag dimaksud adalah guru sebagai pihak yang bertanya kepada siswa dan siswa yang menjawab perta-nyaan
guru. Respons jawaban siswa mengandung unsur elaboratif dan pertanyaan guru dapat menimbulkan pertanyaan baru bagi siswa, di mana siswa dapat menjawab dengan alternatif kemungkinan.
Aktivitas tanya jawab di awal pembelajaran dimaksudkan untuk mengingat pelajaran yang lalu
agar siswa fokus pada pelajaran berikutnya. Istilah lain dari metodologi tanya jawab di awal pembelajaran dikategorikan sebagai apersepsi; atau dapat digunakan sebagai selingan dan evaluasi. (Pandie,1984: 79)
Menurut Roestiyah (2008: 129) strategi tanya jawab dalam proses kegiatan belajar mengajar
memiliki tujuan, agar siswa dapat mengerti atau mengingat-ingat tentang fakta yang dipelajari,
didengar ataupun dibaca, sehingga siswa memiliki pengertian yang mendalam tentang fakta itu.
Proses tanya jawab dapat dilaksanakan guru setelah proses penerimaan materi pelajaran terlaksana.
Penerapan strategi tanya jawab dilakukan antara sumber penanya dan yang ditanya. Dalam hal
ini, sumber penanya dapat dari guru atau siswa. Jika yang bertanya adalah guru, maka siswa bertindak sebagai pemberi jawaban, atau jika yang bertanya siswa mengenai materi ajar maka yang
menjawab pertanyaan adalah guru. Harus dibedakan antara kualitas antara guru yang bertanya dan
siswa menjawab dengan siswa yang bertanya mengenai materi ajar. Terdapat perbedaan kualitas antara guru yang bertanya, siswa menjawab dengan siswa bertanya guru menjawab pertanyaan siswa 
c. Prosedur Penerapan Strategi Tanya jawab
Pelaksanaan strategi tanya jawab dapat dilakukan apabila siswa telah diajarkan materi yang
akan ditanyakan dan mengetahui materi yang sedang dipelajari. Berikut prosedur penerapan strategi
tanya jawab di dalam kelas:
1. Topik atau materi telah diketahui dan dipahami oleh siswa.
2. Guru menyiapkan materi-materi pertanyaan, tentu pertanyaan berhubungan dengan materi
yang telah atau sedang diajarkan.
3. Jumlah pertanyaan yang dibuat guru disesuaikan dengan jumlah kelompok siswa atau jumlah
siswa dalam satu kelas.
4. Pertanyaan yang dibuat guru harus diklasiikasikan berdasarkan taksonomi Bloom.
Contoh:
Materi
: Gunung Krakatau
Kompetensi dasar : Kemampuan mengetahui sejarah Gunung Krakatau
Soal pertanyaan :
1. Tahun berapakah Gunung Krakatau meletus?
2. Terletak di manakah Gunung Krakatau?
Kompetensi dasar : Kemampuan memahami dampak meletusnya Gunung Krakatau
Soal pertanyaan :
1. Ceritakan dampak yang ditimbulkan akibat meletusnya Gunung Krakatau?
2. Berikan contoh lain dampak sosial yang ditimbulkan akibat meletusnya Gunung Krakatau?

d. Prosedur Penerapan Strategi Tanya Jawab

Metode mengajar tanya jawab dapat dilakukan pada semua jenjang pendidikan. Aktivitas tanyajawab antara guru dan siswa (siswa dan guru atau siswa dan siswa) dapat dinilai oleh guru, sehingga
metode tanya jawab menjadi sebuah strategi mengajar. Umumnya, tanya jawab dilakukan secara
individual, sehingga basis penilaian siswa juga individual. Strategi tanya jawab ideal digunakan guru
pada siswa SD, SMP, dan SMA.

e. Pendekatan Multiple Intelligence dan Modalitas Belajar

Strategi mengajar tanya jawab terkait erat dengan kemampuan siswa menggunakan bahasa secara lisan (linguistik), serta terkait dengan kemampuan menggunakan logika jawab atas pertanyaan
(logis-matematis). Modalitas belajar yang digunakan adalah auditori.

f. Rubrik Penilaian Autentik

Penilaian autentik strategi tanya jawab dikategorikan sebagai penilaian unjuk kerja, menekankan
aktivitas pengamatan terhadap aktivitas siswa sebagaimana terjadi, berupa unjuk kerja, tingkah laku


4. Wawancara

a. Definisi

Wawancara dapat diartikan sebagai proses memperoleh keterangan melalui tanya jawab, sambil menatap muka antara si penanya dan/atau pewawancara dengan menggunakan alat yang dinamakan interview.

b. Strategi Wawancara

Wawancara atau interview digunakan untuk memperoleh keterangan atau informasi dari sumber
yang akan diwawancarai dengan menggunakan alat/instrumen berupa pertanyaan. Linda Campbell
(2006: 26) menekankan bahwa mewawancarai orang lain merupakan satu cara bagi siswa untuk
mengembangkan keterampilan-keterampilan dalam mengumpulkan informasi secara lisan.
Wawancara memiliki tujuan awal yang jelas, pewawancara mencari informasi spesiik dan menghindari topik-topik yang tidak relevan. Misalnya, seorang reporter televisi mewawancarai GubernurAhok tentang penanganan banjir di Kota Jakarta. Reporter bertindak sebagai pewawancara sedangkan yang diwawancarai merupakan narasumber.
Aktivitas wawancara dapat diterapkan dalam proses belajar mengajar di sekolah. Kiranya, siswa
melakukan wawancara dalam proses kegiatan belajar mengajar, maka siswa mempelajari keterampilan-keterampilan bertanya, menyimak, mendengarkan, dan menulis. Aktivitas belajar siswa saat
melakukan proses wawancara sangat interaktif dan melibatkan semua “indra” afektif, psikomotorik
dan kognitif. “Indra” afektif dan psikomotorik akan tampak saat siswa dikelompokkan dalam setiap
kelompok serta interaksi psikomotorik tampak saat proses wawancara dari narasumber.

c. Prosedur Penerapan Strategi Wawancara

Yang diperlukan dalam penggunaan strategi wawancara dalam kegiatan belajar mengajar, sebagai berikut:
1) Membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar, maksimal tiga siswa dalam setiap kelompok.
2) Tugas siswa dalam kelompok adalah:
pertama, sebagai pewawancara; kedua, sebagai notulen;
dan
ketiga sebagai peliput wawancara (shooting).
3) Menyiapkan materi pertanyaan yang akan ditanyakan kepada narasumber.
4) Menentukan siapa yang menjadi narasumber.
5) Siapkan lembar pertanyaan sebelum melaksanakan kegiatan wawancara

lembar pertanyaan sebelum melaksanakan kegiatan wawancara
lembar pertanyaan sebelum melaksanakan kegiatan wawancara

6) Jika merupakan proyek, buatlah jadwal wawancara dengan waktu yang telah disepakati.
Beberapa hal sangat perlu diperhatikan saat wawancara, sebagai berikut:
1) Mengetahui apa saja yang ingin ditanyakan dan apa tujuan wawancara.
2) Jika kamu merekam wawancara, mintalah izin pada orang yang kamu wawancarai untuk bicara.
3) Aktivitas wawancara tetap pada pokok persoalan.
4) Ketika wawancara selesai dilakukan, periksalah apa yang telah disampaikan untuk membantu
menyimpan informasi dalam memori jangka panjang.
5) Ucapkanlah “terima kasih” pada orang yang telah kamu wawancarai.

d. Rekomendasi Penerapan Strategi Wawancara

Aktivitas wawancara siswa dapat dilakukan secara kelompok atau individual tergantung prosedur aktivitas yang dibuat guru. Hasil wawancara yang dilakukan siswa dapat dibuktikan dengan isian
lembar kerja wawancara yang telah diparaf oleh orang yang telah diwawancarai atau hasil wawancara dibuat dalam bentuk CD (
compact disc). Penilaian aktivitas wawancara siswa adalah didasarkan
pada LKS wawancara, serta produk CD wawancara. Strategi wawancara ideal digunakan pada siswa
SD Kelas 4-6, SMP, dan SMA.

e. Pendekatan Multiple Intelligences dan Modalitas Belajar

Kegiatan proses belajar mengajar menggunakan strategi wawancara terkait erat dengan kemampuan siswa menggunakan bahasa secara lisan saat proses wawancara (linguistik), yang diikuti
dengan
body language saat pewawancara bertanya kepada narasumber (kinestetik). Selama pelaksanaan kegiatan wawancara dilakukan secara berkelompok (interpersonal). Modalitas belajar yang
digunakan adalah auditori dan kinestetik

f. Rubrik Penilaian Autentik

Jenis penilaian autentik strategi wawancara dikategorikan sebagai penilaian: unjuk kerja yang
menekankan aktivitas pengamatan terhadap aktivitas siswa sebagaimana terjadi, berupa unjuk kerja,
tingkah laku, dan interaksi. Penugasan atau proyek, menekankan penilaian terhadap suatu tugas
yang mengandung penyelidikan yang harus selesai dalam waktu tertentu. Hasil kerja atau produk,
menekankan penilaian terhadap kemampuan membuat karya/produk teknologi dan seni, dan ortofolio, menekankan penilaian melalui koleksi karya (hasil kerja) siswa yang sistematis. Berikut rubrik
penilaian autentik strategi wawancara:

Rubrik Penilaian Autentik
Rubrik Penilaian Autentik

5. Presentasi

a. Definisi

Presentasi adalah suatu kegiatan berbicara di hadapan banyak hadirin atau salah satu bentuk
komunikasi. Presentasi merupakan kegiatan pengajuan suatu topik, pendapat atau informasi kepada
orang lain. Tujuan dari presentasi bermacam-macam, misalnya untuk membujuk (biasanya dibawakan
oleh wiraniaga), untuk memberi informasi (biasanya oleh seorang pakar), atau untuk meyakinkan (biasanya dibawakan oleh seseorang yang ingin membantah pendapat tertentu).

b. Strategi Presentasi

Presentasi adalah penyajian, yang berarti menyajikan suatu konsep, gagasan-gagasan berupa
informasi yang menyangkut
content suatu materi. Selaian penyajian, presentasi melibatkan unsur
penampilan dan rasa percaya diri. Menyampaikan materi melalui teknik presentasi sering digunakan
dalam memperkenalkan suatu produk.
Tidak semua siswa mampu melakukan presentasi dengan baik, apalagi presentasi di depan khalayak ramai. Strategi presentasi dalam aktivitas belajar mengajar memungkinkan siswa mengeluarkan kemampuan terbaiknya, baik itu kemampuan afektif, psikomotorik, ataupun kemampuan kognitif.
Siswa yang memiliki rasa percaya diri tinggi didukung dengan kemampuan komunikasi yang baik
akan sangat mudah memahami teks konten materi yang sedang dibahas.

c. Prosedur Penerapan Strategi Presentasi

Pelaksanaan presentasi dapat dilakukan secara individual atau secara kelompok. Umumnya,
presentasi dilakukan setelah siswa membuat tugas atau karya. Proses presentasi dapat dilaksanakan
jika beberapa hal berikut ini dipenuhi:
1) Ada tema atau materi yang menjadi bahan presentasi.
2) Ada karya atau produk yang telah dibuat oleh siswa, baik kelompok maupun individu.
3) Saat kelompok siswa melakukan presentasi (satu orang perwakilan kelompok menjadi presenter 
dalam menyampaikan materi karyanya, sedangkan yang lainnya memperagakan secara teknis
karya atau produk yang dibuatnya).
4) Saat proses presentasi selesai, kelompok lain dapat bertanya. Pada momen ini terjadi dialog dan
diskusi.

Contohnya, siswa kami, Rusmita Salsabila, bersama teman kelompoknya: Fatimah Amani, Darin
Mikaila, dan Aniq Farah Adila, akan mempresentasikan hasil karyanya berupa “menentukan massa
jenis zat cair” pada pelajaran isika Kelas 7 SMPIT Buahati, Jakarta.
Dengan proses di atas, aktivitas presentasi siswa dapat dinilai oleh guru. Presentasi yang dilakukan siswa merupakan aktivitas psikomotorik, isi presentasi yang merupakan materi pelajaran merupakan kompetensi kognitif. Kita bisa membayangkan, strategi presentasi yang dilakukan siswa secara
psikomotorik dapat mengikat materiel-materiel kognitif.

d. Rekomendasi Penerapan Strategi Presentasi

Aktivitas presentasi siswa dapat dilakukan secara kelompok atau individual tergantung prosedur
aktivitas yang dibuat guru. Guru menilai aktivitas presentasi siswa selama berlangsung proses presentasi. Strategi presentasi ideal diterapkan pada siswa SD Kelas 5-6, SMP, dan SMA.

e. Pendekatan Multiple Intelligence dan Modalitas Belajar

Presentasi siswa berupa makalah, karya tulis ataupun produk buatan lainnya, sangat terkait erat
dengan kemampuan linguistik. Siswa menyampaikan presentasinya secara lisan (linguistik), dengan
media gambar (spasial-visual), atau dengan media graik/tabel, data angka (matematis-logis). Mempertahankan argumentasi melalui data (matematis-logis). Pelaksanaan presentasi dilakukan secara
kelompok (interpersonal), sedangkan modalitas belajar yang digunakan adalah kinestetik, auditori,
dan visual

f. Rubrik Penilaian Autentik

Jenis penilaian autentik strategi adalah unjuk kerja (performance): menekankan aktivitas pengamatan terhadap aktivitas siswa sebagaimana terjadi, berupa unjuk kerja, tingkah laku, dan interaksi.

6. Pelaporan Oral

a. Definisi

Pelaporan oral adalah suatu kegiatan melaporkan mengenai objek tertentu setelah dilakukan
pengamatan.

b. Strategi Pelaporan Oral

Perbedaan antara presentasi dan pelaporan oral terletak pada spesiikasi aktivitas yang dilakukan siswa. Jika presentasi adalah penyajian, yang berarti menyajikan suatu konsep, gagasan-gagasan
berupa informasi yang menyangkut konten suatu materi, maka pelaporan oral adalah siswa diminta
melaporkan apa yang telah dilihat, dibaca, atau dilakukannya.

c. Prosedur Penerapan Strategi Pelaporan Oral

Umumnya strategi pelaporan oral setelah proses pengamatan. Berikut langkah-langkah prosedural pelaporan oral:
1) Ada objek materi yang diamati. Contoh:
Materi ajar: Hewan peliharaan
Guru meminta siswa membawa hewan peliharaan dan masing-masing siswa melaporkan secara
oral di depan kelas tentang hewan piaraannya
2) Proses pengamatan yang dilakukan siswa dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan melihat, membaca, eksperimen yang telah dilakukan siswa.
Contoh:
Siswa menyimpan biji kacang hijau dalam botol yang berisi kapas dan selama beberapa hari siswa
mengamati proses tersebut sampai tumbuhnya kecambah, kemudian melaporkan pertumbuhan
kecambah secara oral.


d. Rekomendasi Penerapan Strategi Pelaporan Oral

Strategi pelaporan oral sudah dapat digunakan pada siswa Kelas 2 sampai siswa sekolah
menengah pertama dan siswa sekolah menengah atas. Terdapat perbedaan isi dari pelaporan oral
yang disampaikan siswa, di mana siswa kelas rendah dengan siswa sekolah menengah pertama
dan atas berbeda pada ke dalaman, keluasan, dan kekuatan informasi yang disampaikan. Jika pada
siswa kelas rendah, informasi yang disampaikan dapat berupa “sekadar informasi saja”, namun pada
siswa kelas tinggi memiliki ke dalaman dan keluasan informasi yang tersampaikan secara oral.

e. Pendekatan Multiple Intelligences dan Modalitas Belajar

Kemampuan siswa menyampaikan informasi/berita dalam bentuk pelaporan oral merupakan inti
dari kecerdasan linguistik (kemampuan menyampaikan informasi berita). Adapun modalitas belajar
strategi pelaporan oral adalah auditori, dan jika ada objek yang dipamerkan, maka modalitas belajar
ikutannya adalah visual.

f. Rubrik Penilaian Autentik

Rubrik penilaian strategi pelaporan oral fokus pada informasi yang disampaikan siswa. Penilaian
pelaporan oral dikategorikan sebagai penilaian unjuk kerja, penilaian penugasan, penilaian portofolio,
dan penilaian sikap

7. Reporter

a. Definisi

Podo et al. (2012: 710) dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia menyebut reporter sebagai juru
kabar, sedangkan reportase adalah pemberitaan; pelaporan; laporan kejadian (berdasarkan pengamatan atau sumber kejadian).
Wikipedia.org menyebut reporter sebagai salah satu jenis jabatan
kewartawanan yang bertugas melakukan peliputan berita di lapangan dan melaporkannya kepada

publik, baik dalam bentuk tulisan untuk media cetak atau dalam situs berita di internet, ataupun
secara lisan.

b. Strategi Reporter

Sah-sah saja aktivitas reporter digunakan sebagai strategi dalam pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar. Seperti halnya presentasi, tidak semua siswa mampu melakukan kegiatan reportase dengan baik. Strategi reporter memungkinkan siswa mengeluarkan kemampuan terbaiknya. Siswa yang
memiliki kemampuan linguistik yang baik serta kemampuan kinestetik akan sangat mudah memerankan menjadi reporter.
Berbeda dengan metode presentasi, metode reporter bersifat monolog. Dalam hal ini, bukan
guru yang bertindak sebagai reporter, namun siswa yang bertindak sebagai reporter. Hal utama
dalam pelaksanaan strategi reporter adalah, siswa menguasai konten materi yang akan disampaikan
di depan siswa lainnya. Guru sebagai fasilitator dapat memilih jenis kerja yang akan dilaksanakan
reporter, apakah siswa membuat tulisan berupa informasi materi yang kemudian dilaporkan secara
lisan di depan kelas atau dengan menuliskannya lalu ditampilkan dalam majalah dinding sekolah.

c. Prosedur Penerapan Strategi Reporter

Pelaksanaan strategi reporter dapat dilakukan secara individual atau secara berkelompok. Namun kami menyarankan, strategi reporter dilakukan secara berkelompok. Pembagian kelompok reporter dapat dibagi dalam beberapa tugas berikut ini:
ƒ Ada yang bertugas menyusun naskah reportase.
ƒ Ada yang bertugas melaporkan naskah reportase (dalam prosedur aktivitas lesson plan yang
dibuat guru, dapat dipilih jenis pelaporan naskah).
ƒ Ada yang bertugas sebagai peliput (perekam).
Berikut prosedur penerapan strategi reportase yang dilakukan siswa:
1) Ada tema atau materi yang akan dijadikan bahan reportase.
2) Sebaiknya kandungan bahan dari tema yang dipilih memiliki manfaat dalam kehidupan seharihari. Seperti contoh berikut ini:
ƒ Pelajaran : IPA
ƒ Materi : Energi dan perubahannya
ƒ Bahan reportase : Aplikasi energi dan perubahannya dalam kehidupan masyarakat
3) Guru membentuk kelompok reportase yang terdiri dari penyusun naskah, pelapor naskah (reporter); dan perekam atau peliput reportase.
4) Menentukan langkah-langkah tugas kelompok tim reportase, seperti: mengumpulkan informasiinformasi terkait materi yang akan di-reportase-kan.
5) Pengumpulan informasi dapat berupa: pencarian literatur kepustakaan, koran, majalah, web site, 
atau bertanya kepada sumber yang dipercaya.
6) Menyusun isi naskah (jika perlu dilakukan editing naskah) yang akan dilaporkan baik lisan ataupun melalui tulisan.
Dengan proses di atas, aktivitas reportase siswa dapat dinilai oleh guru. Kegiatan reportase yang
dilakukan siswa merupakan aktivitas psikomotorik, di mana isi naskah merupakan materiel kognitif.
Kita bisa membayangkan, strategi reportase yang dilakukan siswa secara psikomotorik dapat mengikat materiel-materiel kognitif.

d. Rekomendasi Penerapan Strategi Reporter

Prosedur aktivitas strategi reportase yang didesain guru disesuaikan dengan konten materi ajar.
Strategi reporter ideal diterapkan pada siswa SMP dan SMA.

e. Pendekatan Multiple Intelligences dan Modalitas Belajar

Aktivitas reportase dalam kegiatan belajar mampu membuat suasana pembelajaran fun dan
kreatif. Akhir dari pembelajaran ini memungkinkan siswa mempunyai produk/karya dalam bentuk CD
hasil reportase dan dapat dipamerkan dalam kegiatan
open house sekolah.
Aktivitas reportase siswa secara berkelompok diklasiikasikan berdasarkan kecerdasan sebagai
berikut: Pengumpulan informasi isi materi, perekaman proses reportase melibatkan aneka multi-kecerdasan, pelaporan reportase terkait dengan kemampuan linguistik, dan digarap secara kelompok
melibatkan kecerdasan interpersonal. Siswa menyampaikan reportasenya dengan disertai dengan
body performance (kinestetik).
Pendekatan
multiple intelligences strategi reporter adalah: linguistik, kinestetik. Namun jika hasil reportase dibuat dalam bentuk visual/animasi komputer CD, (spasial-visual), jika kegiatan reportase digarap secara kelompok (interpersonal). Sementara modalitas belajar yang digunakan adalah
kinestetik, auditori dan visual.

f. Rubrik Penilaian Autentik

Basis penilaian autentik guru saat menilai aktivitas reportase siswa mengikuti kriteria yang ditentukan dalam rubrik penilaian. Jenis penilaian autentik atau penilaian berbasis proses strategi reportase adalah unjuk kerja menekankan aktivitas pengamatan terhadap aktivitas siswa sebagaimana
terjadi, berupa unjuk kerja, tingkah laku, dan interaksi. Proyek menekankan penilaian terhadap suatu
tugas yang mengandung penyelidikan yang harus selesai dalam waktu tertentu. Penilaian produk
menekankan penilaian terhadap kemampuan membuat karya/produk teknologi


8. Bercerita

a. Definisi

Bercerita memiliki maksud yang mirip dengan dongeng. Dongeng menitikberatkan pada cerita
kisah masa lalu yang sarat pesan moral dan mengandung makna hidup, di mana orang yang membawakan dongeng disebut pendongeng atau pencerita. Adapun
storytelling adalah cerita yang disampaikan oleh pencerita, namun kisah cerita yang disampaikan tidak terikat pada masa lalu saja,
tetapi juga cerita masa kini dan juga cerita tentang masa depan. Persamaan keduanya adalah: penggunaan media dan ada pelaku yang menyampaikan dongeng atau pelaku cerita.

b. Strategi Bercerita

Bercerita jamak digunakan di level rendah, seperti jenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD),
taman bermain (
playgroup), dan kelas rendah sekolah dasar. Orangtua di rumah dan guru di sekolah seyogianya memberikan porsi lebih pada aktivitas bercerita. Kreativitas pencerita dalam membawakan cerita, penggunaan media yang menarik akan memberikan daya tarik terhadap anak.
Strategi bercerita bersifat monolog. Dengan kreativitas, guru dapat mendesain langkah-langkah
prosedur aktivitas strategi bercerita. Sebagai contoh, strategi bercerita guru dapat diselingi dengan
pertanyaan kepada siswa dan siswa bisa menjawab pertanyaan.

c. Prosedur Penerapan Strategi Bercerita

Berikut prosedur penerapan pelaksanaan strategi bercerita yang dapat dilakukan guru:
1) Pilih tema atau inti ajaran yang akan dijadikan bahan cerita.
2) Siapkan media-media yang akan digunakan dalam bercerita.
3) Kondisikan suasana kelas senyaman mungkin, sehingga membuat siswa betah dan fokus mendengar cerita.
4) Kemaslah cerita dengan menarik, gunakan bahasa tubuh yang sesuai, dan dengan bahasa yang
mudah dipahami siswa.
5) Hubungkan cerita dengan konteks kehidupan dan dalam proses cerita guru dapat mengembangkan isi tema.
6) Sebaiknya kandungan bahan dari tema yang dipilih memiliki manfaat dalam kehidupan seharihari.
7) Dalam proses bercerita, guru (sebagai pencerita) dapat bertanya kepada siswa.
8) Jika strategi bercerita diterapkan pada siswa kelas dua dan kelas tiga sekolah dasar, maka siswa
bisa diminta menjawab pertanyaan soal sesuai dengan isi cerita.
9) Strategi
storytelling yang digunakan guru dapat diakhiri dengan dua cara, yaitu:
ƒ Apabila pendengar cerita siswa kelas dua dan kelas tiga sekolah dasar, siswa dapat diberikan
beberapa pertanyaan untuk dijawab pada LKS (Lembar Kerja Siswa).
ƒ Apabila pendengar cerita siswa-siswa usia dini, taman kanak-kanak, dan kelas satu sekolah
dasar. Guru cukup memberikan penegasan kembali mengenai pesan moral yang disampaikan dalam cerita tersebut.
Namun guru juga bisa mendesain prosedur aktivitas belajar di mana siswa sebagai
storyteller,
sebagai berikut:
1) Siswa tidak akan lupa sebuah materi apabila disampaikan dengan cara siswa tersebut diminta
untuk bercerita.
2) Siswa cenderung untuk terus mengulang-ulang cerita tersebut kepada setiap orang yang ditemuinya.
3) Bagi
storyteller pemula, kecemasan dapat berkurang jika siswa menyampaikan cerita ke kelompok kecil yang terdiri dari empat atau lima siswa, tidak langsung ke kelas besar.

d. Rekomendasi Penerapan Strategi Bercerita

Menumbuhkan kemauan membaca pada anak usia dini dapat melalui bercerita melalui media
buku. Bercerita ideal diterapkan pada level rendah, seperti jenjang Pendidikan Anak Usia Dini sampai
kelas rendah sekolah dasar.

e. Pendekatan Multiple Intelligences dan Modalitas Belajar

Pendekatan multiple intelligences untuk strategi bercerita adalah: linguistik yang dicirikan melalui aktivitas merangkum inti sari cerita. Jika aktivitas bercerita menggunakan peraga media gambar
(spasial-visual). Aktivitas bercerita yang digunakan guru pada siswa dipercaya melibatkan modalitas
belajar audio, kinestetik, dan visual.

f. Rubrik Penilaian Autentik

Penilaian strategi bercerita dikategorikan sebagai penilaian unjuk kerja

9. Dongeng

a. Definisi

Kamus Besar Bahasa Indonesia menyebut dongeng sebagai cerita atau kisah yang berbentuk
iksi dan noniksi. Dongeng merupakan dunia khayalan dan imajinasi dari pemikiran seseorang yang
kemudian diceritakan secara turun-temurun dari generasi ke generasi.

b. Strategi Dongeng

Teknik penyampaian dongeng disampaikan melalui metode bercerita yang disampaikan secara
komunikatif disertai penggunaan media atau peraga, untuk memvisualisasikan tokoh dalam cerita
tersebut. Pengajaran yang paling disenangi siswa taman kanak-kanak dan sekolah dasar adalah 
mendongeng. Mendongeng disertai keahlian pendongeng dalam penyampaiannya akan membantu
pemahaman siswa terhadap dongeng yang disampaikan. Situasi belajar menggunakan dongeng memaksimalkan titik fokus bagi siswa taman kanak-kanak dan siswa SD kelas rendah.

c. Prosedur Penerapan Strategi Dongeng

Karakter dongeng biasanya bersifat turun-menurun dan pengarangnya tidak dikenal, serta akhir
cerita biasanya berakhir bahagia. Sebelum pelaksanaan dongeng, sebaiknya guru menyiapkan alat
peraga yang dibutuhkan. Berikut prosedur penerapan pelaksanaan strategi dongeng yang dapat
dilakukan guru:
1) Pilih tema yang akan dijadikan dongeng.
2) Siapkan alat peraga atau media pendukung lainnya. Media dapat berupa barang-barang bekas
dan tidak membahayakan.
3) Sebaiknya, setingan kelas tempat dongeng sudah disiapkan. Khususnya posisi duduk pendongeng dan siswa pendengar dongeng.
4) Pastikan, suasana kelas kondusif dan tidak ada yang keluar masuk kelas.
5) Saat mendongeng, gunakan bahasa tubuh yang sesuai, dan dengan bahasa yang mudah dipahami siswa.
6) Hubungkan cerita dengan konteks kehidupan.

d. Rekomendasi Penerapan Strategi Dongeng

Menurut penelitian para ahli pendidikan, pembentukan potensi belajar tiap orang terjadi dengan
perkembangan, sebagai berikut:
ƒ 50% pada usia 0 – 4 tahun
ƒ 30% pada usia 4 – 8 tahun
ƒ 20% pada usia 8 – 18 tahun
Pada usia 0 – 8 tahun, strategi dongeng efektif untuk menumbuhkan kemauan membaca pada
anak usia dini dapat melalui cerita melalui media-media buku. Jika orangtua dan guru konsisten
memberikan dongeng pada anak sejak 0 – 8 tahun, (sebagaimana Nisrina Salsabila Said), mampu
menjadikan anak gemar membaca dan cepat menangkap pelajaran. Bercerita ideal diterapkan pada
level rendah, seperti jenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), taman kanak-kanak (TK), dan kelas
rendah sekolah dasar.

e. Pendekatan Multiple Intelligences dan Modalitas Belajar

Aktivitas belajar mendengarkan dongeng merupakan modalitas belajar auditori. Merangkum inti
sari dongeng merupakan gaya belajar linguistik, sementara dongeng yang disampaikan dengan media alat bantu dapat memaksimalkan gaya belajar spasial-visual. Aktivitas mendongeng yang digunakan guru pada siswa dipercaya melibatkan modalitas auditori dan visual.

f. Rubrik Penilaian Autentik

Penilaian strategi dongeng dikategorikan sebagai penilaian unjuk kerja

10. Debat

a. Definisi

Debat adalah kegiatan adu argumentasi antara dua pihak atau lebih, baik secara perorangan
maupun kelompok, dalam mendiskusikan dan memutuskan masalah dan perbedaan. Secara formal 
debat banyak dilakukan dalam institusi legislatif seperti parlemen, terutama di negara-negara
yang menggunakan sistem oposisi. Dalam hal ini, debat dilakukan menuruti aturan-aturan yang jelas
dan hasil dari debat dapat dihasilkan melalui
voting atau keputusan juri.

b. Strategi Debat

Debat adalah model pembelajaran aktif. Strategi debat menekankan pada kemampuan mempertahankan argumentasi. Strategi debat merupakan bentuk pembelajaran yang biasa dilakukan ditingkat sekolah dan universitas. Dalam hal ini, debat dilakukan sebagai pertandingan dengan format
aturan yang jelas dan ketat antara dua pihak yang masing-masing mendukung dan menentang sebuah pernyataan. Debat disaksikan oleh satu atau beberapa orang juri yang ditunjuk untuk menentukan pemenang dari sebuah debat. Pemenang dari debat adalah tim yang berhasil menunjukkan
pengetahuan dan kemampuan debat yang lebih baik.
Strategi debat mencakup persoalan keterampilan-keterampilan verbal-linguistik yang berbasis
logika penggunaan bahasa. Berbicara untuk belajar dan mendengar untuk belajar adalah dua aktivitas proses belajar yang berlangsung. Dr. Leyman Steil, profesor retorika di Universitas Minnesota,
menyebut bahwa di banyak kelas tradisional (
class teacher talking time) siswa menghabiskan lebih
dari 70% waktu di dalam kelas untuk mendengar ceramah guru. Sementara, lebih dari 2.400 tahun
yang lampau, Konfusius menyatakan:
Apa yang aku dengar, aku lupa
Apa yang aku lihat, aku ingat
Apa yang aku lakukan, aku pahami
Siberman (2013) menyebutkan, hasil riset yang dilakukan Pollio (1984), menunjukkan mahasiswa yang mengikuti kuliah dengan model ceramah tidak mampu memusatkan perhatiannya secara
penuh selama 40% waktu kuliah berlangsung. Lebih dari itu, hanya 70% materi yang diingat mahasiswa pada sepuluh menit pertama kuliah berlangsung, dan tinggal 20% pada sepuluh menit terak
hir. (McKeachie, 1986). Tidak mengherankan jika mahasiswa dalam kuliah pengantar psikologi yang
disampaikan dengan modal ceramah, hanya mengetahui 8% lebih banyak dibandingkan kelompok
pemban-ding yang belum pernah mengikuti kuliah tersebut sama sekali. (Richard
et al, 1988).
Pembelajaran yang diperkaya dengan strategi-strategi, seperti strategi debat memberikan keluasan pada siswa untuk menampilkan kualitas ke dalaman intelektualnya. Aktivitas debat yang dilakukan siswa adalah aktivitas yang melibatkan kompetensi psikomotorik. Aktivitas psikomotorik
siswa mampu mengikat materiel-materiel kognitif.
Pemilihan materi-materi pada debat kompetitif, sangat variatif dan sangat memungkinkan topik
suatu debat merupakan lintas disiplin ilmu yang aktual di masyarakat. Sebagai contoh: pelajaran PKn,
agama dan sosial dapat diangkat dalam konteks debat melalui topik, “Premanisme, penyakit sosial
masyarakat dan Hak Asasi Manusia.” Suatu kasus Polri vs. KPK, atau melalui topik: “Kiamat 2012
dalam penanggalan kalender suku Maya.” yang pembahasannya merupakan lintas disiplin pelajaran
agama, sains-isika, dan sosial (IPS Terpadu).

c. Prosedur Penerapan Strategi Debat

Sintaks strategi debat adalah siswa dibagi menjadi dua kelompok kemudian duduk berhadapan,
siswa membaca materi bahan ajar untuk dicermati oleh masing-masing kelompok, sajian presentasi
hasil bacaan oleh perwakilan salah satu kelompok kemudian ditanggapi oleh kelompok lainnya begitu seterusnya secara bergantian, guru membimbing membuat kesimpulan dan menambahkannya
bila perlu. Berikut prosedur penerapan strategi debat kompetitif yang dapat dilakukan guru:
1) Pilih tema atau topik pelajaran yang akan diangkat dalam debat kompetitif.
2) Topik debat kompetitif dimunculkan dalam bentuk problematika antara yang “pro” dan “kontra”.
ƒ Pelajaran biologi, agama, IPS (ekonomi, geograi), dan matematika.
Contoh tema: Demi kesehatan, rokok dihapus. Bagaimana dengan angkatan kerja?
3) Bagi kelas menjadi dua tim debat. Berikan posisi “pro” kepada satu kelompok, dan posisi “kontra” kepada kelompok lainnya. Lakukan secara merata pembagian kelompok yang didasarkan
pada kemampuan kognitif dan psikomotorik siswa. Hal ini untuk menghidupkan suasana debat
dan menghindari kepasifan dalam satu kelompok.
4) Kelompok yang terpilih masing-masing menentukan siapa juru bicaranya.
5) Guru membuat aturan berupa: bahwa selain juru bicara siapa saja anggota kelompok dapat
memberikan argumentasinya.
6) Guru menentukan alokasi waktu debat yang disesuaikan dengan kebutuhan.
7) Guru menyiapkan setingan kelas tempat debat kompetitif dilaksanakan.
8) Guru bertindak sebagai juri. Juri memiliki standar penilaian debat kompetitif.
9) Untuk memulai perdebatan, guru meminta para juru bicara menyampaikan pendapat mereka.
Sebutlah proses ini sebagai “argumen pembuka”.
10) Setelah semua siswa mendengar argumen-argumen pembuka, mintalah kedua belah pihak yang 
“pro” dan “kontra” memberikan “argumen balasan”. Sementara debat berlangsung pastikan kedua belah pihak berargumen secara bergantian. Siswa dapat memberikan dukungan tepuk tangan atau bersorak atas argumen yang disampaikan oleh timnya.
11) Akhiri debat jika merasa cukup (sesuaikan dengan alokasi waktu).

d. Rekomendasi Penerapan Strategi Debat

Dengan membuat aturan-aturan dalam mekanisme prosedur penerapan strategi, debat dapat
diterapkan pada jenjang SMP dan SMA. Penilaian debat disarankan dilaksanakan secara kelompok
sehingga basis penilaian guru dalam menilai aktivitas ini didasarkan pada penilaian kelompok, sesuai
dengan kriteria-kriteria penilaian debat. Debat ideal diterapkan pada level tinggi, seperti SMP dan
SMA.

e. Pendekatan Multiple Intelligences dan Modalitas Belajar

Strategi debat terkait erat dengan penguasaan siswa terhadap suatu topik/materi. Kemampuan
menyampaikan dan mempertahankan argumentasi serta mendebat argumentasi kelompok lain menjadi pokok utama dari pembelajaran ini. Hal ini merupakan karakteristik kecerdasan verbal-linguistik.
Sementara, kemampuan berargumentasi secara logis sesuai fakta-fakta ilmiah merupakan karakteris tik dari kecerdasan matematis-logis, sedangkan modalitas belajar strategi debat adalah auditori
dan kinestetik.

f. Rubrik Penilaian Autentik

Penilaian strategi debat dikategorikan sebagai penilaian unjuk kerja

Bersambung...

Posting Komentar untuk "Strategi Mengajar Multiple Intelligences"